LAPORAN PERAKTIKUM
MATA KULIAH GENETIKA DAN PEMULIAAN IKAN
KERAGAMAN TRUSS MORFOMETRIK IKAN BETOK
(Anabas Testundineus Bloch)
Oleh :
HAMZAH
G1B109202
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS LAMBUNG
MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN
BANJARBARU
2011
DAFTAR ISI
Halaman
KATAPENGANTAR ..………………………..…………………………… i
DAFTAR ISI ……………………………………..………………………… ii
DAFTAR TABEL ………………………………..………………………… iii
DAFTAR GAMBAR ……………………………..………………………… iv
I.
PENDAHULUAN …………………………….……………………….. 1
A. Latar Belakang ……………………..………..……………………… 1
B. Perumusan Masalah …………..……………….…………………… 2
C. Tujuan Praktikum…………………..…………..…………………… 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
..……………..………….……………………. 4
A. Klasifikasi Ikan Betok ..………………………..…………………… 4
B. Morfologi …………………………..……………….………………. 4
C. Habitat ………………..……………………….…..………………... 5
D. Bio-Ekologi …………..……………………………..……………… 6
E.Truss Morfometrik
…..…………….…………….….……………..…. 6
F. Analisis Data ………………………..…………………………..…… 7
III. METODE PRAKTIKUM .……………..………………………………. 8
A. Waktu dan Tempat …………………….…………………………… 8
B. Alat dan Bahan ………….……………..…………………………… 8
C. Prosedur Kerja ………………………………………..……………... 8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………… 10
A. Analisis Multivariate (MANOVA) …………………..…………….. 10
B. Analisis
PCA ………..………………………..…….………………. 12
C. Analisis Scatterplot (Diagram Pencar) …………………..…………. 13
D. Analisis Dendogram ……………………………..……….………… 15
V. PENUTUP …..………………………………………….……………….. 16
A. Kesimpulan ………….…………………………….……………….. 16
B. Saran ………..………….……………………………...……………. 16
DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Indonesia terkenal dengan keanekaragaman
spesies ikannya. Perairan tawar Indonesia setidaknya memiliki banyak jenis ikan
air tawar yang dapat dikembangkan. Bahkan saat ini banyak komoditas air tawar
yang telah dikembangkan pembudidayaannya. Salah satu komoditas air tawar yang
memiliki potensi untuk dikembangkan adalah ikan betok. Betok merupakan ikan asli
perairan air tawar Indonesia. Ikan ini termasuk unik secara karakteristiknya
yang berbeda dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya. Ikan Betok memiliki kemampuan
untuk mengambil oksigen di udara. Hal ini dikarena ikan ini memiliki organ
tubuh bernama labirin yang memungkinkan hal tersebut. Selain itu, ikan betok memiliki
kemampuan bertahan hidup manakala terjadi kekeringan dan ikan ini juga dapat bertahan
hidup di daratan yakni dapat bertahan di daratan tanpa air lebih dari 12 jam.
Oleh karenanya betok mampu bertahan dalam kondisi perairan rawa dengan kandungan
oksigen terlarut dan pH yang rendah asam. (Anonim, 2012).
Ikan betok merupakan komoditas ikan rawa yang sangat disukai oleh
masyarakat Banjar (Kalimantan Selatan), sebab selain rasanya yang sangat gurih
juga nilai ekonomisnya yang cukup tinggi dibandingkan jenis ikan lainnya.
Selama ini ikan betok diperoleh dengan cara menangkapnya di alam, sehingga
dikwatirkan suatu saat produktivitasnya akan menurun. Berbagai upaya telah
ditempuh para pembudidaya ikan untuk mengembangkan ikan betok, tapi belum
membuahkan hasil yang diharapkan. Ini
terkendala karena minimnya informasi mengenai kondisi fisiologi, morfologi,
ekologi, food habit dan sifat genetik yang dimiliki oleh para pembudidaya ikan.
Ikan betok yang hidup di ekosistem rawa yang berbeda-beda memiliki tingkat
keragaman genetik yang cukup tinggi baik dilihat dari segi
pertumbuhan,ukuran, warna, rasa dan reproduksi yang berbeda-beda. Dilihat dari segi reproduksinya, ikan betok
merupakan jenis ikan yang mudah untuk berkembang biak, baik secara alami maupun
buatan (Juliansyah, 2007).
Ikan Betok adalah nama sejenis ikan
yang umumnya hidup liar di perairan tawar.
Ikan ini juga dikenal dengan beberapa nama lain seperti bethok atau bethik
(Jw.), puyu (Mly.) atau papuyu
(bahasa Banjar).
Dalam bahasa Inggris
dikenal sebagai climbing perch, merujuk pada kemampuannya memanjat ke
daratan.
Ikan
betok mempunyai manfaat yang sama dengan ikan-ikan air tawar yang lain,
walaupun anggapan masyarakat ikan betok sebagai ikan lumpur. Ikan betok dikenal sebagai pemakan segala-galanya
(Omnivora) berupa tumbuh-tumbuhan air, ikan-ikan kecil, udang-udang renik,
hewan-hewan kecil lainnya dan serangga.
B.
Perumusan Masalah
Usaha pemeliharaan ikan betok di
Kalimantan Selatan sekarang mulai berkembang sehingga memungkinkan terjadi perubahan
fenotifnya. Salah satu cara untuk memperoleh informasi tentang perubahan kemungkinan
ikan betok adalah melalui analisis karakter morfometriknya sehingga perlu dilakukan
studi tentang keragaman penampilan fenotif pada populasi ikan betok melalui multivariasi
dengan metode “truss”morfometrik.
C. Tujuan Praktikum
Praktikum
genetik kali ini bertujuan untuk mendapatkan karakteristik morfologi dan
hubungan kekerabatan antara ikan betok dari kabupaten Amuntai dan ikasn betok
dari kabupaten Marabahan Kalimantan Selatan. Hasil praktikum akan bermanfaat
untuk mengetahui keragaman genetik ikan betok dari kabupaten Amuntai dan
kabupaten Marabahan yang pada akhirnya padat digunakan sebagai sumber informasi
untuk meningkatkan mutu genetik ikan betok di Kalimantan Selatan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Klasifikasi Ikan Betok
Ikan betok (Anabas testudineus Bloch)
merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang tergolong komersil, mempunyai nilai
ekonomis penting dan sangat digemari oleh masyarakat Kalimantan Selatan.
Menurut Saanin (1986), ikan betok diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom :
Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Pisces
Ordo :
Labyrinthici
Famili :
Anabantidae
Genus :
Anabas
Spesies : Anabas testudineusBloch
NamaUmum : Walking
fish atauClambing Perch
Namadaerah :
Betik (Jawa dan Sunda), Papuyu
(Banjarmasin), Puyu (Malaya), Puyo – puyo (Bintan), Geteh – geteh (Manado),
Kusang (Danau Matuna).
B.
Morfologi
Menurut
Djuhanda (1981), ikan betok (Anabas testudineus Bloch) ditutupi oleh sisik yang berwarna hijau
kehitaman pada bagian punggung dan putih mengkilat/putih kehijau-hijauan
dibagian perut. Ikan ini termasuk ordo labyrinthici dikenal sebagai ikan
labirin karena di dalam rongga insang
bagian atas insang tersebut terdapat alat pernapasan berbentuk labirin setiap
ruang pada labirin tersebut terdapat pembuluh-pembuluh darah yang dapat
(mengekstrasi) oksigen dari udara yang masuk ke dalam labirin.
Secara
umum ikan betok berbentuk lonjong lebih
ke belakang menjadi pipih kepala relatif besar, mulut tidak dapat ditonjolkan. Gurat sisi sempurna dan di
bagian belakang di bawah sirip punggung yang berjari-jari lunak menjadi putus.
Sirip punggung terdiri dari 17 buah jari-jari keras dan lemah, sirip disokong
oleh 10 buah jari-jari keras dan 15 buah jari-jari lemah sirip perut mempunyai
1 buah jari-jari keras dan 3 buah jari-jari lemah.
C. Habitat
Betok umumnya
ditemukan di rawa-rawa, sawah, sungai kecil dan parit-parit,
juga pada kolam-kolam
yang mendapatkan air banjir atau berhubungan
dengan saluran air terbuka. Ikan ini memangsa
aneka serangga dan hewan-hewan
air yang berukuran kecil. Betok jarang dipelihara orang, dan lebih sering ditangkap
sebagai ikan liar. Dalam keadaan normal,
sebagaimana ikan umumnya, betok bernafas dalam air dengan insang. Akan
tetapi seperti ikan gabus
dan lele, betok juga memiliki kemampuan untuk
mengambil oksigen langsung dari
udara. Ikan ini memiliki organ labirin (labyrinth organ) di kepalanya, yang
memungkinkan hal itu. Alat ini sangat berguna manakala ikan mengalami kekeringan
dan harus berpindah ketempat lain yang masih berair.
Betok mampu
merayap naik dan berjalan di daratan dengan menggunakan tutup insang yang dapat
dimekarkan, dan berlaku sebagai semacam ‘kaki depan’. Namun tentu saja ikan ini tidak dapat terlalu lama bertahan di daratan,
dan harus mendapatkan air dalam beberapa jam atau ikan ini akan mati.
Ukuran
ikan betok di alam dapat mencapai 25 cm, hidup di dasar perairan yang berlumpur
dan soliter. Betok bersifat ovipar, dapat memijah sepanjang tahun dengan puncak
pemijahannya pada musim hujan dengan puncaknya pada bulan Oktober hingga Desember,
telur-telur mengapung bebas. Ikan dengan kisaran bobot tubuh 15 – 110 gram dan bobot
gonad 2,42 – 15,96 gram mempunyai jumlah telur (fekunditas) antara 4.882 –
19.248 butir ikan betok (Makmur, 2006).
D.
Bio-ekologi
Ikan betok
keberadaannya di perairan umum seperti danau, sungai, rawa-rawa dan genangan
air tawar maupun payau. Ikan betok biasanya memijah pada awal musim penghujan
yaitu daerah-daerah yang kering pada musim kemarau dan berair pada musim
penghujan. Jika daerah itu sedang digenangi air maka ikan betok akan pergi ke
daerah itu untuk memijah (Asmawi, 1984)
Ikan
betok (Anabas testudineus Bloch)
tahan terhadap keadaan kering kadang-kadang kuat hidup sampai satu
minggu tanpa air/tinggal dalam lumpur yang masih mengandung air antara 1-2
bulan (Djuhanda, 1981).
E.
“Truss” Morfometrik
Teknik “truss”
morfometrik digunakan untuk menggambarkan secara lebih tepat bentuk ikan dengan
memilih titik-titik homologus tertentu yang menggambarkan anatomi ikan
disepanjang tubuh dan mengukur jarak antara titik-titik tersebut. Teknik ini
meningkatkan konsistensi dalam pengukuran, memberikan informasi yang terinci
dalam menggambarkan bentuk ikan, memperkeci kesalahan pengukuran, lebih efisien
karena mencakup seluruh tubuh dan jika garis “truss” semakin pendek atau titik
“truss” semakin banyak, memberikan informasi yang lebih spesifik tentang
gambaran tubuh ikan (Brzski dan Doyle, 1988 dalam Nugroho et al, 1991).
F. Analisis Data
Analisis
statistika multivariate adalah
analisis statistika yang dikenakan pada data yang terdiri dari banyak variabel dan antar variabel
saling berkorelasi. Beberapa metode yang
termasuk ke dalam golongan analisis ini adalah :
Ø Principal Component Analysis
Mereduksi
dimensi data dengan cara membangkitkan variabel baru (komponen utama) yang
merupakan kombinasi linear dari variabel asal sedemikan hingga varians komponen
utama menjadi maksimum dan antar komponen utama bersifat saling bebas.
Ø MANOVA
Menganalisis
hubungan antara vektor variabel respon (Y)
yang diduga dipengaruhi oleh beberapa perlakuan (treatment).
Ø Discriminant Analysis
Membentuk
fungsi yang memisahkan antar kelompok berdasarkan variabel pembeda, fungsi tersebut disusun sedemikian nisbah keragaman data antar dan
kelompok maksimum.
Ø Cluster Analysis
Mengelompokkan
data ke dalam beberapa kelompok sedemikian hingga data yang berada di dalam
kelompok yang sama cenderung mempunyai sifat yang lebih homogen daripada data
yang berada di kelompok yang berbeda (Anonim, 2012).
III. METODE PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
Praktikum mata
kuliah Genetik dan Pemuliaan Ikan ini dilaksanakan di Laboraturium Basah Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Lambung Mangkurat pada hari Kamis – Jumat, pada tanggl 24
– 25 Mei 2012.
B.
Alat dan Bahan
1.
Alat
Adapun
alat dan bahan yang di gunakan dalam kegiatan praktikum kali ini adalah :
ü Alat tulis (kertas hvs, pulpen)
ü Jarum pentol
ü Penggaris
ü Baskom
|
ü Akuarium
ü Timbangan digital
ü Alat dokumentasi (kamera)
|
2.
Bahan
Bahan yang di gunakan dalam praktikum ini yaitu:
1.
Ikan
betok Amuntai
2.
Ikan
betok Marabahan
C.
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja kali ini adalah sometrik sebagai
berikut :
Pengamatan morfometrik mutlak ” truss” morfometrik ukuran
mutlak di lakukan dengan cara :
1.
Ikan betok yang berasal
dari wilayah Amuntai dan Marabahan diambil dari akuarium masing masing 10 ekor.
Metode karakteristik morfometrik dilakukan dengan cara mengukur jarak
titik-titik tanda yang akan dibuat pada kerangka tubuh (Gambar 1). Skema dan 21
karakteristik morfometrik ikan betok dapat dilihat pada Gambar 1 dan Tabel 1 (
Brzesky and Doyle, 1988).
2.
Ikan
di letakkan diatas kertas, dengan posisi kepala menghadap kekiri dan sirip
dibiarka pada posisi alami
3.
10
buah titik di jadikan sebagai patokan “morphometrik sehingga membentuk 21
karakter
4.
Setelah
di lakukan penandaan menggunakan jarum pentol maka pada kertas akan terlihat 10
titik hasil penandaan yang kemudia di ukur jarak antara titik-titik tersebut
dengan penggaris.
Pengukuran truss morfometrik, terbagi dalam 4 bagian (A, B, C,dan D). Bagian yang
berhimpitan dianggap mewakili 1 karakter sehingga dari 10 titik truss diperoleh
21 karakter yaitu sebagai berikut:
Bagian tubuh
|
Kode
|
Diskripsi jarak
|
Kepala
|
A1
|
Ujung mulut atas – rahang bawah
|
A2
|
Rahang bawah – is’thimus
|
A3
|
Ujung mulut atas – is’thimus
|
A4
|
Ujung mulut
atas – pangkal sirip punggung
|
A5
|
Rahang bawah – pangkal sirip punggung
|
A6
|
Is’thimus – pangkal sirip punggung
|
Badan
|
B1
|
Is’thimus – pangkal sirip perut
|
B2
|
Ujung sirip punggung – pangkal sirip punggung
|
B3
|
Pangkal sirip punggung – pangkal sirip perut
|
B4
|
Is’thimus – ujung sirip punggung
|
B5
|
Pangkal sirip perut – ujung sirip punggung
|
C1
|
Pangkal sirip perut – pangkal sirip anal
|
C2
|
Pangkal sirip anal – ujung sirip anal
|
C3
|
Pangkal sirip perut – ujung sirip anal
|
C4
|
Pangkal sirip anal – ujung sirip punggung
|
C5
|
Ujung sirip punggung – ujung sirip anal
|
Batang ekor
|
D1
|
Ujung sirip anal – pangkal bawah sirip ekor
|
D2
|
Ujung sirip punggung – pangkal atas sirip ekor
|
D3
|
Ujung sirip punggung – pangkal bawah sirip ekor
|
D4
|
Ujung sirip anal – pangkal atas sirip ekor
|
D5
|
Pangkal atas sirip ekor – pangkal bawa sirip ekor
|
Tabel.
1. Karakteristik morfometrik